KOMPAS.com - Selasa, 9 November 2010 merupakan satu dari sekian banyak malam spesial Anne Avantie. Pada malam itu, Anne menandai 20 tahunnya berkarya. Membawa tema Damai Negriku, Anne Avantie memamerkan 100 koleksi baru yang merupakan pembaruan dari rancangan-rancangan yang telah ia buat sejak tahun 1990 di Jakarta Convention Center.
Dengan 100 koleksi yang ia tawarkan, dan sebagian besar dibawakan oleh para figur publik, acara yang dijanjikan dimulai pukul 18.30 namun baru mulai sekitar pukul 20.30 itu terkesan seperti panggung konser karena hadirnya beberapa penyanyi, seperti Judika, Dewi Sandra, Vina Panduwinata, hingga Titiek Puspa. Ditambah dengan kelucuan beberapa artis, seperti Edrick, Ivan Gunawan, Shanty, perancang yang juga teman-teman Anne Avantie, seperti Taruna K. Kusmayadi dan Musa Widyatmodjo, serta pasangan selebritis, seperti Anjasmara-Dian Nitami, Teuku Zaky-Ilmira, Darius-Donna Agnesia, juga Titi Kamal-Christian, agak membuyarkan konsentrasi terhadap koleksi busana yang mereka kenakan.
Saking banyaknya tamu undangan, dan tempat duduk yang sangat jauh, sedikit sulit untuk berkonsentrasi melihat detail busana dari kreasi Anne. Namun, sebelum pagelaran, Anne sempat menceritakan mengenai koleksi yang ia akan suguhkan. Dalam 20 tahun berkarya, Anne mencoba banyak hal, dan tak sedikit pula rancangannya ditiru oleh desainer lain. Sehingga, menurutnya, hal itu menjadi kesuksesan tersendiri, karena ternyata rancangannya disenangi masyarakatn. Malam itu, ia ingin berhenti sebentar dan menoleh ke belakang akan apa-apa saja rancangan yang telah ia suguhkan kepada masyarakat dan mendapat sambutan hangat. Tak lupa, Anne juga memamerkan rancangan terbarunya dari batik lawas, Batiken yang diperagakan oleh artis-artis muda, seperti Titi Sjuman, Shanty, dan lainnya.
"Selama 20 tahun berkarya, saya tidak bisa menggambar sketsa atau berlatar belakang pendidikan fashion. Sejak awal, saya sudah mencoba membuat banyak jenis busana, tidak cuma membuat kebaya saja Saya juga pernah membuat ballgown, kostum, dan gaun malam. Image saya perancang kebaya kan baru-baru ini saja. Malam ini, saya ingin mengeluarkan rancangan apa saja yang pernah saya buat dan menjadi tren," papar Anne sesaat sebelum pagelaran dimulai.
Dalam buku yang ia bagikan, ia menorehkan catatan-catatan yang berkaitan dengan perjalanannya selama 20 tahun dan suka dukanya. Sebanyak 100 koleksi dibawakan oleh 100 model, ia menghadirkan beragam siluet rancangan yang sempat tren pada masanya, antara lain;
* Kostum sri panggung (1989-1992)
* Gaun malam (1990-1995)
* Gaun malam pesta kombinasi batik (1992)
* Kebaya klasik (1993)
* Gaun ballgown etnik (1993-1996)
* Kebaya cheongsam organdi (1995)
* Kebaya lurik (1997)
* Kebaya asimetris (1998)
* Kebaya etnik kontemporer (2000-2010)
* Kebaya pengantin bridal etnik (2007)
* Kebaya modifikasi kemasan modern dipadu siluet jubah melayang (2009-2010)
Dalam koleksinya, ia membawakan beberapa jenis batik, mulai dari Batik Solo, Batik Pekalongan, Batik Lasem, Batik Semarang, dan Batik Cirebon. Dalam busananya, Anne banyak menggunakan paduan french lace, sutera alam, sifon, renda, serta tule.
Dalam penutupan peragaan, Anne menghadirkan mahakaryanya. "Biasanya para desainer akan membuat rancangan utamanya di awal pekerjaan, namun kali ini saya justru membuat rancangan utama paling terakhir. Saya mencoba membuat sebuah jubah yang terbuat dari kain-kain sisa. Jubah Dewi Sri ini merupakan sisa-sisa dari baju pertama dan terakhir yang saya buat. Maksud dari busana tersebut adalah sebagai pesan saya. Untuk menghargai yang tersisa, menyatukan yang berbeda, dengan sabar, cinta, dan harapan, akan menjadi suatu karya yang indah. Rancangan itu 100 persen kain percaya yang dijahit tangan," jelas anne avantie.